Tiga Narasumber Beri Tips Publikasi Artikel
Beberapa alasan mengapa akademisi perlu melakukan publikasi, diantaranya adalah untuk memenuhi Key Performance Indikator (KPI) dari universitas atau fakultas, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban dari seorang akademisi untuk berkontribusi ke pengembangan bidang studinya. Selain itu, publikasi juga menjadi syarat dalam peningkatan karir.
Hal itu disampaikan Prof. Dr. Mariani Abdul Majid dari Universiti Kebangsaan Malaysia, mengawali presentasinya pada World Class Professor (WCP) Workshop yang diselenggarakan oleh Center for Fintech dan Banking (PUI PT Fintech dan Banking), Universitas Sebelas Maret (UNS), Jum’at 25/9/2020.
Selanjutnya, Dr. Mariani menjelaskan langkah-langkah dalam menyiapkan manuskrip artikel ilmiah untuk di kirim ke peer-review journal atau jurnal yang review artikelnya dilakukan oleh pihak yang independen serta identifikasi langkah-langkah penting dalam proses publikasi jurnal.
Penulis sering melakukan  kesalahan-kesalahan ketika mengirimkan naskahnya ke sebuah jurnal, yang kemudian berujung pada rejection atau penolakan.
“Kebanyakan mahasiswa melakukan review literatur tanpa adanya keterkaitan antara literatur yang di-review dengan research question dalam penelitiannya,” ungkapnya.
Menyambung materi yang telah dipaparkan oleh Dr. Mariani, Prof. Doddy Setiawan, akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS menjelaskan tentang teknik dalam memilih jurnal yang sesuai untuk publikasi artikel ilmiah.
Prof. Doddy menyarankan agar para peneliti, baik itu mahasiswa program doktor ataupun dosen agar menghindari jurnal yang bermasalah dan mempersiapkan artikelnya sesuai dengan jurnal yang akan dituju.
“Sebaiknya peneliti harus sudah memperkirakan tujuan jurnal publikasi ketika memulai penelitian. Hal ini juga berlaku pada mahasiswa program doktoral,” tegasnya.
Dalam menentukan outlet publikasi terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan antara lain tujuan dan cakupan dari jurnal yang dituju untuk menghindari desk rejection, Â tipe artikel yang hendak dipublikasi, mengikuti panduan penulis yang disyaratkan oleh jurnal yang dituju, dan yang terakhir adalah indeks jurnal (jurnal nasional terindeks Sinta, jurnal internasional, terindeks Scopus, SSCI-Web of Science, ESCI).
Prof. Doddy secara khusus di penutup materinya menyatakan bahwa proses publikasi bukanlah seperti lari sprint melainkan seperti marathon, sehingga penulis perlu menjaga semangatnya dalam menulis, karena sangat kecil kemungkinan artikel kita akan dapat langsung diterima pada proses submit pertama kali. Pasti ada proses revisi berkali-kali.
Sementara itu, narasumber lain, Prof. Law Siong Hook dari Universiti Putra Malaysia mengungkapkan bahwa  ada banyak workshop yang mengajarkan tentang bagaimana publikasi di jurnal internasional tapi tidak banyak yang mengungkap atau mengajarkan bagaimana caranya merespon report dari reviewer yang diterima selama proses publikasi jurnal.
Dikatakannya, Â respon terhadap reviewer report sangatlah penting karena hal ini mempengaruhi keputusan publikasi. Prof. Law juga memberi contoh langsung bagaimana merespon email review dari reviewer jurnal, beserta tips yang harus dilakukan ataupun dihindari ketika mengirimkan respon/jawaban kepada reviewer dan editor jurnal. (Aulia/Humas)