28 Dec 2022

Seri Webinar Grup Riset Kearifan Lokal FEB UNS Bahas Dinamika Karier Pemimpin Perempuan dalam Perspektif Kesetaraan Gender

Grup Riset Kearifan Lokal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengangkat tema Dinamika Karier Pemimpin Perempuan dalam Perspektif Kesetaraan Gender di seri webinar yang digelar Selasa, 20 Desember 2022.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Dr. Wulan Permatasari, S.E., M.M itu  menghadirkan narasumber Brigjen (Pol) Dr. Rinny Shirley Theresia Wowor, SH, SIK, MPsi, Petinggi Badan Intelijen Negara RI dan Dr. Sinto Sunaryo, SE, MSi, Peneliti Senior Grup Riset Kearifan Lokal FEB UNS.

Ketua Grup Riset, Dr. Joko Suyono, S.E.,M.Si mengatakan webinar yang diselenggarakan oleh Grup Riset Kearifan Lokal dilakukan secara periodik setiap bulan. Kegiatan ini sebagai wahana untuk mendiseminasikan hasil karya penelitian, pengabdian terkait kearifan lokal terutama penelitian kualitatif, termasuk kajian dengan konteks lokal, salah satunya adalah tentang tema perempuan yang dibahas dalam webinar ini. Isu-isu kesetaraan gender menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Dr. Joko Suyono, S.E.,M.Si, Ketua Grup Riset Kearifan Lokal

Menurutnya, perempuan memegang peran sangat penting dalam kehidupan di nusantara termasuk Jawa. Jika melihat sejarah perempuan di Indonesia, khususnya di Jawa, kedudukan perempuan sangat terhormat. Perempuan mulai dipinggirkan sejak berakhirnya perang Jawa, ada peran dari kolonial Belanda.

Mengawali paparan materi, Dr. Sinto menyampaikan bahwa kepemimpinan perempuan semakin berkembang dari waktu ke waktu meskipun harus diakui bahwa kepemimpinan perempuan ini kalau dibandingkan dengan laki-laki memang masih kalah dari sisi jumlahnya.

Peserta Webinar

“Berdasarkan Gender Inequality Index (GII) atau indeks ketimpangan gender di Indonesia di tahun 2020 sebesar 0,48 lebih besar dari GII dunia 0,436, artinya disparitas perempuan dan laki-laki masih relatif cukup tinggi, tetapi kita masih kalah dengan negara yang lain. Dan untuk keterwakilan perempuan di parlemen, jika dibandingkan dengan negara lain, dari data tahun 2020 Indonesia memiliki skor 17,4 itu masih lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia yang berada di angka 24,6” paparnya.

Diharapkan dengan kebijakan pemerintah, kuota 30% perempuan di parlemen  itu akan semakin mendorong meningkatnya keterwakilan perempuan di parlemen sehingga akan bisa meningkatkan skor Indonesia.

Dr. Sinto Sunaryo, SE, MSi, Peneliti Senior Grup Riset Kearifan Lokal

Lebih lanjut dikatakan, pada posisi kepemimpinan selama ini memang terjadi perbandingan, meskipun di ranah penelitian, perbandingan kepemimpinan laki-laki dan perempuan itu masih menunjukkan perdebatan.

“Ada beberapa penelitian yang memang membuktikan bahwa gender itu berpengaruh signifikan pada kepemimpinan, apakah itu dilihat dari efektivitas kepemimpinan maupun dampaknya pada organisasi. Tetapi ada juga penelitian lain yang membuktikan bahwa gender tidak berpengaruh signifikan pada efektivitas kepemimpinan dan organisasi. Di ranah akademis, risetnya masih memunculkan kesenjangan, ada riset gap atau inkonsistensi hasil. Kesenjangan ini bisa menjadi hal yang menarik dan perlu dikaji lebih dalam lagi'” jelasnya.

Menurut Dr. Sinto, hambatan pemimpin perempuan dibedakan menjadi tiga yaitu hambatan sosial, hambatan struktural dan hambatan internal. Hambatan sosial meliputi budaya patriarkhi, gender steorotype dan ekspektasi peran gender. Sedangkan untuk hambatan struktural meliputi  glass ceiling, kebijakan organisasi, networking, mentoring. Ada kondisi yang tersistem. Yang harus diatasi bukan dari sisi perempuan, tapi juga dari organisasinya, harus ada kebijakan untuk menjamin adanya kesetaraan gender.

Sedangkan hambatan internal yaitu hambatan yang muncul dari perempuan meliputi self-imposed barriers, tidak percaya diri, ketidaksediaan diri dan kurangnya pengembangan diri.

Dr. Sinto juga menjelaskan strategi untuk mengatasi ketiga hambatan tersebut yakni dengan merubah mindset ekspektasi peran gender, kebijakan pengarus-utamaan gender, dukungan mentoring dan networking serta peningkatan kualitas diri perempuan.

Brigjen (Pol) Dr. Rinny Shirley Theresia Wowor, SH, SIK, MPsi, Petinggi Badan Intelijen Negara RI

Sementara itu, Brigjen (Pol) Rinny menyampaikan pada era pemerintahan Presiden  Joko Widodo saat ini, ada enam orang perempuan yang menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju. Hal ini dimaknai bahwa ada komitmen dari pemerintah untuk memperjuangkan perubahan positif bagi kaum perempuan, baik dari sisi akses, partisipasi dan manfaat bagi pembangunan di Indonesia.

Dikatakan, komitmen dalam hal kesetaraan gender ini sebenarnya bukan dari kaum perempuan saja tapi dukungan kaum laki-laki menjadi sangat penting. Karena pemberian kesempatan bagi perempuan juga akan menjamin peningkatan daya saing yang sehat, akan meningkatkan kualitas sehingga perempuan dapat disetarakan dengan kaum laki-laki. (Tetri)