02 Nov 2020

Prof. Budhi Akan Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Baru di Bidang Ilmu Manajemen FEB UNS

Prof. Dr. Budhi Haryanto, MM akan dikukuhkan oleh Rektor UNS sebagai Guru Besar Baru di Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Pengukuhannya akan digelar secara luring dan daring pada Selasa (3/11/2020) bersama dengan Prof. Dr. Ir. Bambang Suhardi, ST, MT, IPM, ASEAN.Eng,  Guru Besar di Bidang Ilmu Teknik Industri dan Prof. Dr. Ir. Margaretha Maria Alacoque (MMA) Retno Rosariastuti, M.Si, Guru Besar di Bidang Ilmu Bioremediasi Tanah Fakultas Pertanian UNS.

Pada sidang pengukuhan Guru Besar tersebut, Prof. Budhi Haryanto yang merupakan Guru Besar ke-16 FEB dan ke-225 di UNS akan menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul Model Keperilakuan Konsumen dengan variabel Pemoderasi Jenis Produk (Studi pada Makanan Tradisional).

Prof. Budhi  menjelaskan kepada media saat  Jumpa Pers di Ruang Sidang 4 Gedung dr. Prakosa UNS, Senin (2/11/2020) bahwa kajian yang dilakukannya adalah untuk membentuk sikap dan niat agar masyarakat tetap mau membeli makanan tradisonal. Perlu stimulus yang merangsang agar masyarakat mau membeli. Untuk hal ini, tiga hal yang ditawarkan yakni harga makanan tersebut harus wajar, produk yang berkualitas dan kemudahan dalam memperolehnya.

Prof. Budhi Haryanto bersama dengan dua profesor lain yang akan dikukuhkan sebagai guru besar

Menurutnya, perilaku konsumen terhadap makanan tradisional merupakan isu yang relatif menarik untuk diteorikan. Hal ini dikarenakan ada dua alasan yang mendasari yaitu alasan praktis terkait fenomena riil yang terjadi di Indonesia yaitu tentang gejala-gejala negatif yang berkenaan dengan makanan tradisional. Gejala negatif yang dirasakan adalah fenomena turunnya pasar tradisional sekitar 8,1 % dan fenomena kemunculan  pasar modern sekitar 31,4%.

Gejala berikutnya adalah masuknya berbagai makanan impor yang bersaing dengan makanan tradisional dengan berbagai rancangan strategi pemasaran yang menarik, diantaranya KFC, CFF, Burger King yang bersaing di kelas ayam goreng. Selanjutnya Thai Tea, Star Buck, minuman buble dan minuman impor lain yang bersaing dengan jenis minuman tradisional seperti kopi klothok, dawet dan minuman tradisional lainnya .

Hal yang sama yang terjadi pada jenis jajanan impor yang mulai menggeser jajanan tradisional. Kondisi ini diperparah pola asuh orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menyenangi makanan impor.

“Perenungan kita adalah sampai kapankah makanan tradisional kita mampu bersaing dengan makanan-makanan impor? ujar Prof. Budhi.

Prof. Budhi menambahkan, berbagai kajian keilmuan dan berbagai pendekatan para peneliti lain telah dilakukan, diantaranya dari sisi kebudayaan, keagamaan, kepariwisataan dan berbagai pendekatan lainnya yang  pada dasarnya untuk mempertahankan eksistensi makanan tradisional. Cara-cara tersebut memang efektif namun sifatnya masih dalam himbauan,  ajakan atau hal lain yang terkait dengan kepatutan, etika dan kebangsaan. (Humas)