Pasar Murah Sangat Efektif Membantu Mengendalikan Inflasi
Kegiatan Pasar Murah yang digelar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta bersama BUMN dan BUMD di Pasar Gede pada tanggal 22 hingga 24 Januari lalu dinilai sangat efektif dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi, menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Dr. Izza Mafruhah SE ,M.Si, Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) saat Bincang Pagi di RRI Surakarta, Selasa 28 Januari 2020.
Bersama dengan narasumber Statistisi Ahli Madya Pejabat Fungsional Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, Christina Sugiyanti, Bincang Pagi itu bertajuk “Efektifitas Pasar Murah Untuk Turunkan Harga “.
Menurut Dr. Izza, pasar murah yang diselenggarakan di masa seperti ini akan sangat membantu masyarakat. Dalam dua bulan ini, musim yang tidak menentu menyebabkan produksi pertanian cenderung turun, beberapa harga komoditas pertanian seperti cabe, melonjak dengan sangat cepat. Meskipun demikian, sampai sekarang harga cabe masih sangat terkendali.
Selain itu, di masa ini, sebagian besar orang fokus kepada pembiayaan sekolah. Kebutuhan keluarga akan dialihkan kepada kepentingan sekolah sehingga daya beli masyarakat menjadi turun, terutama untuk masyarakat yang rentan miskin.
“Bagi masyarakat yang rentan miskin, masa-masa seperti ini adalah sangat sulit. Jika orang miskin mungkin banyak mendapatkan bantuan, namun untuk yang rentan miskin, yang satu level diatas miskin, kemungkinan akan menjadi miskin dan pasar murah sebaiknya lebih menyasar juga ke masyarakat rentan miskin ” tegasnya
Lebih lanjut dijelaskan, pasar murah akan efektif pada masa tertentu dan mungkin tidak berkesinambungan, akan sangat efektif jika masyarakat juga mengambil peran. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan menggerakkan masyarakat dalam program ketahanan pangan. Masyarakat harus mulai memberdayakan dirinya dalam mengelola pekarangan, memanfaatkan lingkungan di sekitar, atau bagi yang tidak memiliki lahan, dengan cara hidroponik.
“Hidroponik, budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah, sangat sederhana dan sangat murah, bisa dengan memanfaatkan botol-botol bekas. Sekitar Rp 1500, 00 saja sudah bisa mendapatkan benih” papar dosen yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik FEB UNS.
Dr. Izza memberikan masukan kepada TPID agar sebelum menggelar pasar murah perlu melakukan seleksi, memperhatikan siapa yang akan membeli. Jangan sampai ketika ada yang membeli, baik dengan menggunakan girik ataupun kartu dan dilebihkan sedikit dari harga pasar murah untuk dijual kembali ke tengkulak.
Tim juga sebaiknya melakukan survei terlebih dahulu, kebutuhan masyarakat mana yang paling dibutuhkan. Hal ini sebagai upaya agar tujuan pemerintah dalam menggelar pasar murah dapat tercapai sesuai dengan sasaran.
Di akhir perbincangan, Dr. Izza menyarankan agar penyelenggaraan pasar murah lebih rutin dan lebih besar, terutama difokuskan pada masa-masa harga melonjak, misalnya menjelang tahun baru, bulan puasa ataupun hari raya. Perlu juga menggandeng banyak pihak yang terlibat, misalnya dengan perusahaan-perusahaan besar di Solo agar lebih banyak masyarakat mendapatkan manfaatnya.