06 Dec 2022

Interpretative Phenomenological Analysis, Peneliti Tidak Sekedar Mentranskripsikan Hasil Wawancara namun Mengeskplor Lebih Dalam

Mengutip artikel Smith et.al., 2009, Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) adalah pendekatan penelitian kualitatif yang berkomitmen untuk memeriksa bagaimana orang memahami pengalaman hidup utama mereka.

Dalam pendekatan  IPA ini peneliti diharapkan  menjadi bagian dari partisipan. Peneliti melakukan wawancara mendalam dan tinggal sejenak dengan informan, melihat, mendengar dan merasakan kehidupan keseharian informan.

Pernyataan itu disampaikan Sarwoto, SE., M.Sc, Ph.D., narasumber pada Seri Webinar Grup Riset Kearifan Lokal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertemakan Interpretative Phenomenological Analysis dalam Penelitian Bisnis, Rabu, 30 November 2022.

Menurut Sarwoto, IPA adalah mengeksplorasi pengalaman, tidak sekedar melihat, mendengar lalu mentranskripsikan apa yang disampaikan informan namun mengeksplor lebih dalam. Dalam hal ini perlu peranan peneliti untuk memberikan makna apa yang diberikan oleh informan.

“Sebagai contoh, dalam konteks Jawa, khususnya Jawa Tengah seringkali partisipan atau informan menyampaikan sesuatu itu maknanya berbeda dengan apa yang disampaikan. Hal ini memerlukan skill pemahaman bahasa partisipan. Misalnya, ketika informan ditanya bagaimana pendapatannya dan dijawab “Sepi Pak!”. Ketika peneliti tidak yakin dengan jawaban informan, pertanyaan penelitian akan bisa berkembang tapi tetap harus ada deadline. Pendekatan ini memang membutuhkan waktu yang lebih banyak namun sangat menyenangkanungkapnya.

Contoh yang lain, misalnya ketika seorang informan ditanya bagaimana bekerja sebagai pengusaha, lalu mereka menjawab “Benten kalih pegawai, enak pegawailah!” Jika ditranskripsikan apa adanya, maka  pengusaha itu dari hal pendapatan mungkin dibawah pegawai. Dalam konteks ini perlu menginterpretasikan bagaimana gestur informan saat menyampaikan jawaban, latar belakang ekonominya dan lain sebagainya yang teramati oleh peneliti.

Lebih lanjut dikatakan, ada 6  tahapan IPA meliputi Reading and Re-reading, Initial Noting, Developing Emergent Themes, Searching for connections across emergent themes, Moving the next case, dan Looking for patterns across cases.

Tahap  reading and re-reading, membaca berulang-ulang transkripsi yang didapat. IPA membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian jika informannya menggunakan bahasa-bahasa kias. Jika dalam penelitiannya, seorang peneliti hanya mengandalkan hasil tranksripsi saja, tidak terlibat dapat dalam pengumpulan data, tidak melihat, tidak mendengar sendiri, maka bisa salah dalam memberikan makna.

Tahap berikutnya adalah initial noting, memeriksa makna kata yang terkandung dalam bahasa yang digunakan pada tahap eksploratoris (deskriptif, linguistik, konseptual). Data yang asli dari transkrip diberikan komentar-komentar dengan menggunakan ilustrasi komentar eksploratori. Komentar eksploratori dilaksanakan untuk memperoleh intisari. Komentar eksploratori meliputi komentar deskriptif, komentar bahasa, dan komentar konseptual yang dilakukan secara simultan.  Biasanya reading and reading dan initial noting dilakukan secara bersamaan. Dalam membuat catatan atau coretan awal, peneliti harus terbuka, apa yang menarik dalam transkripsi tersebut dicatat.

Tahap ketiga developing emergent themes, mengembangkan tema-tema yang muncul, dan keempat searching for connections across emergent themes, mencari hubungan yang sama antar tema.

Setelah tahap 1 hingga 4 dilakukan pada setiap kasus/partisipan selanjutnya moving the next cases, berpindah pada kasus atau partisipan berikutnya hingga selesai semua kasus. Langkah ini dilakukan pada semua transkrip partisipan dengan proses yang sama.

Tahap terakhir adalah looking for patterns across cases, mencari pola-pola yang muncul antar kasus/partisipan.  Pada tahap ini dibuat master table dari tema-tema untuk satu kasus atau kelompok kasus dalam sebuah intitusi atau organisasi. Untuk tahapan ini, bisa menggunakan alat bantu NVIVO.

Dihadapan peserta yang mengikuti secara daring,  peneliti Grup Riset Kearifan Lokal FEB UNS itu juga menegaskan dalam penelitian kualitatif dengan IPA ada mekanisme untuk menyajikan kredibiliti, transferability, dependability dan konfirmatibiliti. Empat tahapan ini lazim ada dalam penelitian kualitatif.

Usai paparan materi, di sesi diskusi banyak peserta yang mengajukan pertanyaan terkait pendekatan IPA. (Tetri)