12 Apr 2021

Guest Lecture MESP Angkat Dua Tema Menarik

Guest Lecture 2 yang diselenggarakan oleh Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret mengangkat dua tema menarik, Kondisi Perekonomian di Masa Covid-19 oleh I Made Krisna Yudhana Wisnu Gupta, M.S.E dan Dinamika Kebijakan Publik dalam Mengatasi Pandemi oleh Lukman Hakim, S.E., M.Si., Ph,D., Kamis 8 April 2021.

Krisna dari Australian National University dalam presentasinya menyatakan pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia memberikan tantangan yang sulit bagi negara,  diantaranya  kebutuhan fiskal untuk bantuan sosial yang meningkat tajam, industri meminta berbagai insentif seperti pemotongan pajak serta penerimaan berkurang karena ekonomi sedang lesu. Untungnya, dengan level utang saat ini, pemerintah masih memiliki ruang.

“Yang menjadi tantangan dimasa pandemi seperti saat ini bukan pada utangnya namun dalam hal penyaluran atau disbursement. Contohnya, masyarakat yang bekerja informal yang belum memiliki BPJS Tenaga Kerja tidak mendapatkan bantuan sosial karena persyaratan tidak terpenuhi. Terlebih orang yang berada sedikit di atas kategori miskin, yang berada diluar PKH ataupun penerima bantuan lain akhirnya jadi miskin karena tidak memperoleh bantuan di masa sulit.” tegasnya.

Menurutnya, pandemi membuka masalah yang selama ini tidak terlalu terlihat, ekonomi yang tidak kompetitif, sektor finansial yang tidak kompetitif, utang BUMN dan penerimaan pajak yang rendah. Tetapi Indonesia berada di posisi yang relatif  baik dibanding dengan negara-negara lain, tingkat suku bunga baik, tingkat utang dan defisit serta inflasi yang terkendali. Namun tetap harus hati-hati ke depannya.

Sementara itu, Lukman Hakim, Ekonom UNS berpendapat kebijakan ekonomi yang dibuat selama Indonesia merdeka cenderung lebih banyak menggunakan wacana, paradigma asing atau bersifat eksogen. Dengan kata lain kebijakan lebih pada motivasi keinginan (want) daripada kebutuhan (need).

Menurutnya, tiga kebijakan publik yang mendesak berdasarkan kebutuhan dan bukan keinginan adalah peningkatan kedalaman sektor keuangan, dimana Indonesia tidak naik kelas, masih sekitar 40%. Selanjutnya mewujudkan Indonesia Inc dengan berdasarkan pada sinergi antara akademis, bisnis dan pemerintah  (triple helix) serta menyediakan insentif khusus kepada petani dan UMKM, sehingga akan banyak generasi muda yang mau masuk dalam bisnis ini.

Diperlukan blue print untuk membuat sistem insentif bagi petani dan UMKM. Beberapa negara seperti China dan Jepang memberikan insentif yang sangat komprehensif di sektor pertanian dan UMKM. Karena sesungguhnya perang ke depan adalah perang pangan dan energi, maka seharusnya dua hal ini diprioritaskan (Humas FEB).