09 Dec 2022

BPU FEB UNS Gelar Seminar Economic Outlook 2023: Prospek Ekonomi Indonesia 2023 dan Revitalisasi Strategi Bisnis

Badan Pengelola Usaha (BPU) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar Seminar Economic Outlook 2023: Prospek Ekonomi Indonesia 2023 dan Revitalisasi Strategi Bisnis, Jumat 9 Desember 2022 di UNS Inn.

Kegiatan yang diikuti oleh pelaku bisnis, perbankan, birokrat dan akademisi tersebut menghadirkan Keynote Speaker Doni Primanto Joewono, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) serta narasumber Lukman Hakim, SE, M.Si., Ph.D., Komisaris Bank DKI yang juga Pakar Ekonomi UNS dan Dr. Dina Nurul Fitria, SE, MT, Konsultan Sektor Energi.

Dr. Mugi Harsono, SE, M.Si, Wakil Dekan Perencanaan, Kerja Sama Bisnis dan Informasi FEB UNS dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini penting digelar karena banyak sekali pengamat ekonomi yang mengatakan masa depan akan suram. International Monetary Fund (IMF) akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global pada 2023. Ini menandakan hal yang serius di perekonomian global bahkan sudah menunjukkan arah resesi.

“Lalu bagaimana kondisi Indonesia? Di kegiatan ini kita tampilkan beberapa pendapat dari pembuat regulator dan juga pengamat ekonomi. Jika kita dapat  mengenali kabut maka tidak sepekat yang terlihat, bagaimana menyikapinya dengan kebijakan” ungkapnya.

Dr. Mugi Harsono saat memberikan sambutan

Dr. Mugi berharap acara ini menjadi sebuah diskursus yang bisa dilakukan terkait arah kebijakan, bagaimana perbankan menyikapi fenomena yang ada atau bagaimana akademisi membuat sebuah penguraian atas simpul-simpul gelap di tahun 2023.

Pada kesempatan awal sebagai Keynote Speaker, Doni Primanto mengutip penyataan Presiden Joko Widodo pada pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) di tahun 2022 bahwa saat ini dunia belum baik-baik saja. Kondisi ekonomi global saat ini menghadapi situasi yang cukup persisten yang dinamakan stagflasi dan reflasi.

Stagflasi merupakan situasi dimana lemahnya kondisi ekonomi negara, inflasi tinggi dan pengangguran yang meningkat di waktu bersamaan dalam periode tertentu. Reflasi merupakan keadaan dimana sebenarnya pertumbuhan ekonomi cukup baik namun dibarengi tingkat inflasi yang tinggi.

Peserta memenuhi seluruh kursi ruangan

Lebih lanjut Doni menjelaskan Indonesia masih terhindar dari kedua risiko tersebut, namun harus tetap waspada dengan permasalahan ekonomi global.

Keynote Speaker: Doni Primanto

“Alhamdulillah kita bersyukur di tahun 2022 ini, Indonesia masih terhindar dari kedua risiko tersebut, staglasi dan reflasi. Namun demikian kita tetap perlu mewaspadai lima permasalahan ekonomi global yakni pertumbuhan ekonomi global yang menurun serta meningkatnya risiko resesi di  Amerika Serikat dan Eropa, tekanan inflasi yang sangat tinggi yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan global, suku bunga tinggi, kuatnya Dolar Amerika dan fenomena penarikan dana investor global” tegasnya.

Salah satu peserta menyampaikan pendapatnya sekaligus bertanya kepada narasumber

Menurutnya, prospek nasional ekonomi Indonesia saat ini masih diperkirakan membaik. Bertambah kuatnya ekspor dan  daya beli masyarakat juga masih terjadi ditengah kenaikan inflasi.

“Kita yakin bahwa prospek ekonomi ini didukung dengan keberlanjutan transformasi hilirisasi, pembangunan infrastruktur dan pariwisata. Di tahun 2022 ini, pertumbuhan kita masih berkisar 4,5% sampai 5,3% dan tentunya di tahun 2023 diperkirakan tetap kuat tapi sedikit melambat ke titik tengah, masih kisaran 4,5% sampai 5,3%. Kita perkirakan di tahun 2024 akan meningkat dikisaran 4,7% sampai 5,5% ” ungkapnya

Demikian juga stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah sangat kuatnya Dolar Amerika dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.  Hal ini karena komitmen tinggi BI untuk terus berada di pasar dalam menjaga tingkat volatilitas rupiah dan tetap kita jaga geraknya sesuai fundamentalnya.

Stabilitas eksternal tetap sehat karena didukung transaksi berjalan yang diperkirakan terus mencatat surplus dan untuk keseluruhan tahun 2022 tetep surplus 0,4% sampai dengan 1,2% dari PDB. Hal ini karena kuatnya kinerja ekspor kita sejalan dengan tingginya harga komoditas dan masih baiknya permintaan terhadap komoditas Indonesia.

Penyerahan cinderamata oleh Kepala BPU FEB UNS  Dr. Akhmad Ikhwan, SE, MT  kepada narasumber

Sementara itu, Lukman Hakim menyatakan tantangan global sudah mereda seperti pandemi dan rantai pasok, namun beberapa tantangan lain seperti kenaikan inflasi, normalisasi kebijakan dan pelemahan ekonomi masih menjadi penyebab tingginya ketidakpastian ekonomi dan keuangan.

Peserta foto bersama dengan narasumber

Lebih lanjut dikatakan ekonomi 2023 tetap optimis. Berdasarkan data dari BPS dan Bank Indonesia, Ekonomi Indonesia triwulan III-2022 terhadap triwulan III-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 5,72%. Dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan  mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,81%. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21,64%.

Upaya transformasi ekonomi di tahun 2023 membutuhkan laju pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat.

Melalui kebijakan fiskal tahun 2023 pemerintah akan menggunakan seluruh sumber daya untuk mengakselerasi agenda reformasi struktural pasca pandemi dan penguatan supply untuk peningkatan produktivitas. (Tetri)