07 Okt 2024

PDIE FEB UNS Gelar Kuliah Tamu Bersama Prof. Meryem Duygun

Program Doktor Ilmu Ekonomi (PDIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) menyelenggarakan Webinar Digitalizing Finance with Technology: Future Trends and Research pada, Senin, 14 Desember 2020. Webinar dengan narasumber Prof. Meryem Duygun, Aviva Chair Risk in Insurance, Nottingham University Business School, UK tersebut dapat terselenggara dengan dukungan Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI PT) Fintech dan Banking.

Dalam pidato pembukaan, Kepala Program Doktor Ilmu Ekonomi (PDIE) FEB UNS Prof. Rahmawati mengungkapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam terlaksananya webinar tersebut.

“Terima kasih atas kesediaan Prof. Meryem untuk berbagi ilmu dalam kuliah tamu ini dengan judul Digitalizing Finance with Technology: Future Trends and Research.Terima kasih juga kepada peserta atas antusiasme pada acara ini yang tidak hanya berasal dari PDIE FEB UNS, tetapi juga dari universitas internasional contohnya Malaysia,” ungkapnya.

Prof. Rahmawati menyatakan bahwa perkembangan teknologi telah mendorong munculnya banyak inovasi di bidang keuangan, sehingga landscape industri finansial telah berubah. Inovasi ini mencakup Peer-to-Peer (P2P) Lending, Digital payment, Crypto-currency, InsurTech, Robo Advisor, dan lain sebagainya. Prof. Meryem Duygun yang merupakan President of IFABS (International Finance and Banking Society) serta editor di berbagai jurnal internasional bereputasi, akan menjadi narasumber yang tepat bagi peserta.

Terlebih lagi bidang keilmuan Prof. Meryem sangat cocok dengan tujuan dari PDIE untuk mempersiapkan mahasiswanya dalam mengambil/memilih topik riset disertasi. “Kami berharap forum ini akan bermanfaat bagi para peserta dan terima kasih telah berparsipasi dalam kuliah tamu ini,” tutup Prof. Rahmawati.

Materi Prof. Meryem diawali dengan contoh kondisi saat ini, bagaimana perusahaan asuransi menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mengumpulkan data-data pribadi pelanggan untuk memberikan layanan yang tepat. Hal ini dimungkinkan karena pengguna telah menyetujui bahwa perusahaan asuransi dapat mengakses data yang tersimpan dalam alat elektronik sebagai syarat pemberian premi asuransi yang lebih rendah. Lebih dari 75 persen eksekutif di bidang asuransi percaya bahwa kecerdasan buatan dapat menyebabkan revolusi di bidang industri asuransi.

“Innovasi melalui teknologi telah menjadi pendorong utama dalam perubahan di sektor keuangan. Akhir-akhir ini, inovasi tersebut terkait dengan perkembangan teknologi yang seringkali dikenal sebagai FinTech, yang merupakan inovasi teknologi yang bertujuan untuk menurunkan biaya transaksi dan mempercepat proses penyediaan jasa,” jelas Prof. Meryem.

Penggunaan inovasi di bidang asuransi memiliki manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan fungsi. Inovasi ini mencakup berbagai hal seperti software, applikasi, startup, produk, dan jasa. Sehingga InsurTech memiliki kebijakan yang sangat terspesialiasi dan menggunakan basis data yang berasal dari peralatan yang terhubung ke internet, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menentukan harga premi asuransi yang dinamis.

Area utama dalam inovasi di bidang asuransi antara lain, model intermediasi dan distribusi, sharing ekonomi dan asuransi, robo advisor dan kecerdasan buatan (AI), serta data aggregation dan analytics. Beberapa contoh perusahaan InsurTech antara lain BIMA, Friendsurance, InsPeer.

Kondisi asuransi di Indonesia masih rendah karena adanya hambatan seperti literasi asuransi yang rendah dan ketidakpercayaan terhadap insitusi jasa keuangan. Meskipun begitu tetap terdapat kesempatan bagi InsurTech untuk berkembang di Indonesia mengingat besarnya jumlah populasi di Indonesia, komunitas kelas menengah yang terus berkembang, dan berkembangnya ekonomi internet.

Selanjutnya Prof. Meryem menjelaskan studi-studi yang telah dilakukan di bidang P2P serta riset-riset yang mungkin untuk dilakukan di masa depan terkait InsurTech. Webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara Prof. Meryem dengan lebih dari 70 peserta webinar.

(Aulia/Humas)