24 Sep 2021

Guest Lecture Praktik Simulasi Manajerial Angkat Topik Prospek Bisnis Properti dan Pengembangan Wisata Tematik

Dunia properti tidak akan ada habisnya karena kebutuhan rumah semakin hari semakin banyak, hanya saja permasalahannya adalah pada lokasinya dan juga bagaimana daya beli dari masyarakat.

Bisnis properti merupakan bisnis yang berjangka panjang. Bisnis ini nilai asetnya naik terus, valuenya tidak pernah turun, tahan sekali dengan inflasi. Yang terpenting dari bisnis ini adalah legalitas developer karena banyak sekali yang legalitasnya kurang. Bisnis ini juga padat modal karena pengadaannya sangat besar, belum lagi dengan pembangunannya.

Pernyataan itu diungkapkan Djoko Santoso, Praktisi Bisnis Properti Solo Raya pada kegiatan Guest Lecture Praktik Simulasi Manajerial Prospek Bisnis Properti dan Pengembangan Wisata Tematik yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu 15 September 2021.

Selanjutnya disampaikan nilai bisnis properti ditentukan oleh empat hal yakni lokasi, fasilitas, brand dan tematik.

Untuk menentukan perumahan yang akan dibangun yang utama adalah lokasi. Infrastruktur maupun penunjang-penunjangnya akan menjadi nilai tambah dalam perumahan. Fasilitas yang paling umum diantaranya jalan dan tempat ibadah. Sedangkan brand sangat mempengaruhi daya jual marketingnya. Ketika brand sudah kuat di daerah itu, akan mempengaruhi daya jual produk perumahan.

Ada beberapa perumahan yang sudah mulai menerapkan tematik dalam pembangunannya, ini sangat tergantung kepada kelompok-kelompok konsumen tertentu, biasanya untuk yang level atas.

Berdasarkan pengalamannya di bisnis properti, Djoko Santoso melihat bahwa pedoman yang menjadi dasar dalam bisnis properti adalah lokasi dan target pasar, harga lahan, tema atau jenis perumahan, sistem kepemilikan serta marketing.

“Yang pertama adalah kita harus memilih lokasi atau target pasar, lokasi jelas, dan target pasar yang akan kita tuju yang mana, apakah kelas bawah, menengah atau atas, karena ini sangat mempengaruhi produk yang akan kita jual dan juga target-target yang akan kita sasar” katanya.

Saat ini, untuk menjual produk, sistem marketingnya sangat beragam, ada program rumah tanpa DP atau  bayar separuh dulu, separuhnya dibayar 12 kali tanpa bunga dan lainya. Sistem marketing seperti ini dilakukan untuk menarik konsumen.

Demikian pula dalam hal permodalan bisnis properti, sekarang sangat beragam. Jika dulu hanya memakai modal sendiri, saat ini, bisa kerjasama dengan pemilik lahan, pembiayaan oleh bank, atau kerja sama dengan investor.

Sementara itu, narasumber kedua, Gilang Ramadhan, Musisi, Mentor Pengembangan Pariwisata Kemenparekraf menceritakan pengalamannya selama berkecimpung di bidang pariwisata. Menurutnya, untuk mengembangkan pariwisata harus kreatif.

Dalam mengembangkan wisata, kita harus memperhatikan minat dari para turis dalam mengunjungi tempat-tempat pariwisata. Turis yang VVIP banyak menginginkan tempat yang benar-benar original. Untuk hal ini,  konsep tempat wisata yang original bisa kita lakukan.

“Perlu diperhatikan juga, kira-kira apa yang bisa membius orang sedunia untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di Indonesia, misalnya kopi. Kopi adalah satu senjata untuk mendatangkan turis, presentasikan itu. Dan jangan lupa, dimana-mana kita harus menggunakan bendera merah putih sebagai salah satu ciri ke Indonesiaan kita” ungkapnya.

Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah mendata turis yang datang dengan cara santai dan  penuh persahabatan, sehingga kita bisa mendapatkan dengan mudah emailnya untuk mempromosikan tempat-tempat wisata lainnya.

Blueprint  yang  berkesinambungan  sangat penting  dalam  mengembangkan  pariwisata. Sementara   ini,   blueprint  yang   paling  bagus adalah dari Bali. (Humas FEB).