Di Era Digital, UKM Harus Mampu Beradaptasi
Membangun sebuah e-commerce tidak sebatas membangun sebuah website, tanpa pemahaman menyeluruh mengenai fungsi dari website tersebut. Mindset ini hanya akan menghabiskan uang.
E-commerce bukan hanya menempatkan transaksi bisnis di website e-commerce.
E-commerce dibangun berdasarkan perubahan pengetahuan bisnis, perubahan perspektif, dan perubahan pendekatan bisnis.
Hal itu dipaparkan Dr. Adi Prananto dari Swinburne University of Technology saat berbicara dalam workshop yang digelar Tim Internasionalisasi FEB UNS, Senin 25 November 2019.
UKM perlu memahami bahwa mereka perlu merubah cara mereka dalam mengoperasikan bisnis, untuk dapat mengakomodasi intensitas dan perbedaan antara transaksi e-commerce dengan transaksi langsung (face to face).
Di hadapan peserta yang sebagian besar mahasiswa MESP dan PDIE, Dr. Adi menyampaikan bahwa dalam hal penerapan e-commerce, hal utama yang perlu dipahami oleh UKM adalah mereka perlu mentransformasi cara berpikir, mereka perlu memahami mengenai era baru dalam hal marketing dan promosi.
“Mereka perlu mengetahui dan memahami tentang media sosiiial seperti twitter, facebook, dan Instagram” jelasnya.
Perlu ada perubahan dalam hal komunikasi dan interaksi antara bisnis dan konsumen, di era marketing yang baru ini.
UKM perlu memahami bagaimana memberikan keunikan dalam produk yang ditawarkan, cara membedakan produk mereka dengan produk dari UKM lain.
Hal itu dapat dicapai melalui berbagai mekanisme lingkungan bisnis, misalnya dalam bidang legal dan regulasi, stabilitas, transportasi dan logistik yang baik, akses ke bank, mekanisme pembayaran, dan 3E (engage, engage, and engage), yang berarti sebuah bisnis harus tetap mengelola hubungan baik dan konsumennya.