Dengan New Normal, Sektor Pariwisata Akan Ada Pergeseran Preferensi Wisatawan
Sektor pariwisata sebagai sumber kontribusi terbesar ke 2 di Indonesia terhadap devisa negara nyaris tumbang karena Pandemi Covid-19 dan hal ini menjadi keprihatinan bersama. Tak terkecuali dengan obyek wisata yang ada di Solo yang sangat terdampak yakni Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, Taman Balekambang, Taman Sriwedari, Wayang Orang Sriwedari, Museum Batik Danar Hadi, Museum Keris Nusantara dan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).
Pernyataan itu disampaikan pengamat pariwisata yang juga dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si. dalam Bincang Pagi RRI Surakarta, Rabu, 27 Mei 2020.
Dikatakannya, sebelum pandemi, dari beberapa tempat wisata tersebut, Taman Balekambang yang difungsikan sebagai taman kota, biasanya paling banyak mendapatkan kunjungan, satu tahunnya sekitar 2,6 jutaan pengunjung, sedangkan TSTJ sekitar 500 ribuan pengunjung. Namun di masa pandemi, saat Balekambang tidak ada pengunjung, maka untuk operasionalnya menggantungkan ke APBD. Berbeda dengan TSTJ yang menggunakan tiket, dan dengan dijalankannya program penjualan tiket di masa pandemi ini hingga terjual 50 ribu tiket dengan harga per tiket Rp 20 ribu sudah menghasilkan 1 M. Hal ini sangat membantu TSTJ untuk membantu operasional pengelolaan TSTJ.
Menyikapi wacana pemerintah dengan kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda, Bambang Irawan memprediksi bahwa new normal akan ada di kuartal ke 4 tahun ini, karena di kuartal sekarang ini masih flat, memang agak melandai, rantai supply demand di dalam ekonomi masih belum pulih dan masih sangat negatif, apalagi vaksin belum ditemukan.
Untuk sektor wisata, jalan menuju new normal adalah dengan melakukan persiapan dari berbagai aspek, diantaranya, pengelola didorong untuk mengevaluasi manajemennya, me-recharge pemandu wisata, mengevaluasi penataan barang-barangnya, dan sebagainya yang intinya memperbaiki ke dalam. Hal ini dikarenakan, dalam kondisi new normal akan ada pergeseran preferensi wisatawan.
Ketika new normal, konteks wisata menjadi berkualitas untuk lingkungan dan kesehatan, harus ada responsible tourism, setiap orang yang terkait langsung dengan wisatawan di destinasi wisata harus mampu dan bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan keamanan lingkungan.
“Dalam kondisi new normal, para pengunjung mungkin akan sangat ingin berwisata setelah beberapa waktu tinggal di rumah, dikarantina. Namun akan berbeda saat sebelum pandemi, dengan new normal, pengunjung akan lebih care terhadap dirinya sendiri, apakah sudah ada mitigasi yang sudah tersistem di tempat wisata, apakah ada SOP atau sistem yang membatasi pengunjung ke tempat wisata, apakah kesehatan pengunjung terjamin, apakah pengunjung akan aman dan sebagainya. Hal ini harus benar-benar dipersiapkan oleh pengelola obyek wisata sebelum membuka kembali tempat wisata. Dan ini bukan pekerjaan yang mudah namun harus segera dipersiapkan” tegasnya.
Diakhir perbincangan, Bambang berharap pemerintah segera membuat panduan new normal agar di setiap sektor yang terdampak pandemi bisa mempersiapkan diri lebih dini. (Humas FEB)
Editor: Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si.