Kuliah Praktisi Manajemen Angkat Tema Managing Transformational Changes: What Leader’s Roles and Challenges?
Program Studi S-1 Manajemen FEB UNS adakan Kuliah Praktisi Kepemimpinan yang bertema Managing Transformational Changes: What Leader’s Roles and Challenges?, Kamis 17 Oktober 2024 secara daring.
Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta menghadirkan narasumber Dr. Rumaji., S.Sos., M.Sc., Department Head Pengawasan Internal PT. Pelindo (Persero).
Dalam materinya, Dr. Rustamaji menyampaikan bahwa sebuah perusahaan yang melakukan transformasi harus mempertimbangkan banyak hal.
Transformasi harus dilakukan secara detil, harus dilakukan secara jelas, harus dilakukan sistematis karena transformasi ini memiliki konsekuensi kegagalan yang cukup besar.
“Tidak banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan transformasi mengalami keberhasilan. Menurut beberapa data yang diolah dari beberapa sumber, 70% sampai dengan 80% itu perusahaan yang melakukan transformasi itu belum dikatakan berhasil. Dalam hal ini, peranan seorang pemimpin sangat penting, perlu peranan seorang pemimpin yang betul-betul berkomitmen dalam melakukan transformasi tersebut” ungkapnya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang juga akan mempengaruhi apa saja yang menyebabkan transformasi tidak berhasil.
Yang pertama adalah karena desain strategi transformasi tidak jelas. Dalam melakukan transformasi harus didesain dengan jelas, harus memahami bahwa transformasi ini untuk apa, apa yang harus ditranformasi, apakah parsial, apakah bidang SDM saja, apakah bidang marketing dan komersial, apakah transformasi korporasi. Transformasi itu harus betul-betul detil, mempertimbangkan banyak faktor yang strategis.
Yang kedua, transformasi itu bisa dikatakan gagal apabila transformasi hanya bersifat simptomatis, artinya perusahaan tetap menjalankan transformasi, namun hanya disibukkan pada sesuatu yang tidak berisi, sesuatu yang tidak strategik, hanya disibukkan sesuatu yang seremonial saja tapi tidak mencari akar penyebab masalahnya di dalam perusahaan itu apa. ‘
Transformasi yang bersifat simptomatis tidak menyelesaikan akar masalah. Jadi transformasi itu akan berhasil apabila kita ingin menyelesaikan akar masalahnya sehingga itu yang dikatakan efektif dari efisien.
Yang ketiga, transformasi itu gagal karena tidak ada titik referensi posisi saat ini, di setingnya tidak jelas karena kita tidak mengetahui positioning perusahaan kita dimana, apakah kita menjadi market leader, apakah kita menjadi market follower ataukah kita hanya menjadi posisi yang ada di tengah-tengah, hanya menjaga jarak antara posisi leader ataupun follower.
Yang keempat adalah tidak adanya allignment transformasi. Perusahaan tidak melakukan transformasi secara utuh dan menyeluruh, hanya parsial-parsial. Kegagalan sebuah transformasi karena perusahaan hanya memikirkan sepotong-potong dari bagian tertentu, tidak melihat secara utuh bahwa alignment antar departemen. Terlebih bahwa latar belakang dari kapabilitas SDM juga bervariasi, itu yang harus dipertimbangkan.
Dalam paparannya, selain menyampaikan beberapa beberapa hal terkait sejauh mana peran dan tantangan yang dihadapi oleh seorang leader dengan adanya perubahan-perubahan ataupun transformasi yang telah dilakukan, Dr. Rumaji juga memaparkan tentang bagaimana pengalaman-pengalaman di Pelindo dalam melakukan transformasi.
Pelindo mengalami transformasi di tahun 2021 tepatnya di 1 Oktober 2021. Jadi saat ini genap 3 tahun telah menjalankan transformasi bisnis atau transformasi korporasi yang telah berjalan cukup challenging saat ini.