Hadirkan Dua Narasumber, Prodi MAKSI Gelar Workshop Academic Research During Artificial Intelligence Era
Program Studi (Prodi) Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar Workshop Academic Research During Artificial Intelligence Era, Rabu 21 Juni 2023.
Kegiatan yang diadakan secara hybrid di Ruang Telekonferen Gedung Soedarah Soepono dan Zoom Meeting itu menghadirkan Rayenda Khresna Brahmana, S.E, M.Sc., Ph.D., Dosen di School of Economics, Finance and Accounting, Coventry University dan Prof. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., Ph.D , Guru Besar FEB UNS.
Plt. Kepala Prodi MAKSI FEB UNS, Dr. Wahyu Widarjo, S.E.. M.Si.,CRP., CFrA, dalam sambutannya mengatakan kegiatan seperti ini merupakan kegiatan rutin Prodi MAKSI.
“Kita adakan rutin kegiatan seperti ini setiap satu semester, minimal sekali, kita usahakan dua kali dalam satu semester dengan tema yang beragam dan kita upayakan salah satu nara sumbernya adalah dari mitra-mitra luar negeri UNS. Harapan kami, kegiatan ini dapat memperkaya wawasan, memperdalam pengetahuan mahasiswa,” paparnya.
Dikatakan, perkembangan teknologi saat ini sangat cepat dan pesat sekali, tidak hanya di industri-industri tetapi di bidang akademik juga sangat pesat.
Salah satu fenomena yang kita ketahui bersama yaitu bagaimana pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) di bidang akademik. Tentu mahasiswa semua sudah familiar dengan ChatGPT dan Google Bard.
“Jika kita lihat pemberitaan-pemberitaan saat ini bagaimana para akademisi menyikapi munculnya AI. Kita boleh menggunakan teknologi itu tapi jangan sampai melanggar etika akademik. Ibarat pisau, jika di tangan orang yang tepat maka akan digunakan untuk aktivitas yang baik, untuk memasak, memotong sayur, menghasilkan sesuatu yang baik tapi jika di tangan orang yang tidak tepat, pisau itu bisa digunakan untuk hal yang tidak baik, menodong misalnya, begitu kira-kira gambaran singkatnya” jelasnya.
Dalam materinya Dr. Rayenda memaparkan empat agenda terkait AI yakni traditional VS Contempary, Tools Objectives, Practical Examples dan Ethical Issues.
Dikatakan, AI tools ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 90-an, hanya saja dengan different level. Tipe 1 adalah yang paling dasar, disebut sebagai Translation Software, yang sering kita gunakan seperti Google Translate. Tipe 2, Spellcheckers, Predictive Text, Paraphrasers, Grammar Checks dan Speech to Text (Grammarly, Quillbot, ChatGPT, Dragon) . Tipe 3, Essay Boots dan Text Generators (Chat GPT, Quillbot, Preplexity.ai, Chimp writer). Tipe 4, adalah level tertinggi, Programming Code, Graphics, Artworks, Maths, Music (Github Co-Pilot, Dal-e-2, Melobites.com).
Dr. Rayenda mengatakan, mahasiswa bisa memanfaatkan teknologi tersebut tapi ia mengingatkan agar hati-hati dalam penggunaan AI.
“Saya sering bilang, kita memperlakukan AI tools ini sebagai asisten, asisten itu tidak selalu benar kan. Sehingga kita harus mereviewnya. Jangan gara-gara menganggap teknologi yang tidak mungkin salah, lalu kita copy paste. Setiap saya menggunakan ChatGPT, saya akan review lagi yang mana salahnya” katanya mengingatkan.
Dr. Rayenda juga langsung memberikan beberapa contoh bagaimana AI tidak mampu melakukan hal yang sepenuhnya tepat dalam membantu tugas-tugas seorang akademisi.
Senada dengan Dr. Rayenda, Prof. Doddy menegaskan bahwa AI memang sangat memberikan kemudahan bagi para akademisi namun kita harus tetap melakukan review.
“ChatGPT sangat membantu kita, tapi satu hal yang saya tekankan kepada mahasiswa, Anda harus mempunyai kemampuan untuk mereview sendiri. Kemampuan untuk mereview itu sangat penting. Misalnya terkait dengan telaah literatur itu bisa dipercepat, tetapi tetap saja Anda harus bisa memahami sendiri. Jangan sampai Anda terlalu tergantung pada Chat GPT sehingga pada waktu Anda menulis bagus namun nanti pada saat presentasi berlawanan“ tegasnya mengingatkan.