
Prof. Supriyono, Guru Besar Ekonomi Konservasi: Kepedulian Konservasi Stakeholder Sebagai Fondamen Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan
Prof. Dr. Supriyono, M.Si., dikukuhkan pada tanggal 11 Februari 2025 sebagai Guru Besar ke-25 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan ke-347 di UNS, Selasa 11 Februari 2025 di Auditorium GPH Haryo Mataram, SH UNS.
Prof. Supriyono dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ekonomi Konservasi dengan pidato inaugurasi yang disampaikan mengangkat judul “Kepedulian Konservasi Stakeholder Sebagai Fondamen Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan”.
Disampaikan, konservasi menjadi elemen kunci dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek ekonomi sosial dan lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali telah mengancam keberlanjutan ekosistem dan mempengaruhi kesejahteraan manusia. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
“Keberhasilan konservasi tergantung pada keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat dan lembaga internasional. Kolaborasi multi-stakeholder diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah memegang peran utama dalam merumuskan regulasi dan mengalokasikan sumber daya, sementara sektor swasta berkontribusi melalui Inovasi dan tanggung jawab sosial perusahaan” jelasnya.
Pembangunan berkelanjutan melibatkan tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Dimensi ekonomi menekankan efisiensi sumber daya dan pengembangan teknologi hijau sedangkan dimensi sosial mencakup keadilan dan kesejahteraan masyarakat, dimensi lingkungan menitikberatkan pada pelestarian ekosistem melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana.
Konservasi tanah dan air menjadi prioritas dalam pembangunan berkelanjutan. Praktik seperti terasering, rehabilitasi DAS, dan teknologi irigasi efisien terbukti efektif dalam mengurangi degradasi lahan dan krisis air bersih. Studi kasus di Indonesia menunjukkan keberhasilan program rehabilitasi lahan dan pengelolaan air berbasis partisipasi masyarakat.
Konservasi ekosistem seperti hutan dan lahan basah berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim ekosistem yang terjaga mampu menyerap karbondioksida dan mengurangi dampak pemanasan global. Upaya ini mendukung pencapaian tujuan global seperti SDG 13 (Aksi Iklim).