16 Apr 2024

Jelang New Normal, Tokoh Masyarakat dan Agama Sangat Berperan untuk Mengedukasi Masyarakat

Episenter Covid-19 di Indonesia hanya terjadi di beberapa provinsi diantaranya DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Saat ini, data laporan harian di laman resmi covid19.go.id menunjukkan bahwa prosentase kesembuhan pasien dari Covid-19 sudah sangat tinggi dan tingkat kematian per 1 Juni 2020 di banyak provinsi pun sudah banyak yang nol, jadi relatif “aman”. Kematian tinggi hanya terjadi di sebagian kecil daerah yang merupakan episenter. Dalam kondisi saat ini, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir, tidak perlu membayangkan sesuatu yang buruk terjadi di Indonesia.

Dr. Ade Armando, M.Sc.

New normal yang telah mulai dipersiapkan oleh pemerintah adalah sebuah langkah yang harus ditempuh sebagai solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat akan kembali beraktifitas di luar sementara wabah belum usai, bekerja, bersekolah, beribadah dan aktifitas lainnya namun dengan lebih memperhatikan protokol kesehatan. Transaksi ekonomi harus berjalan karena jika berhenti efeknya akan jauh lebih merugikan masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan oleh Dr. Ade Armando, M.Sc., Pakar Komunikasi Indonesia saat menjadi narasumber dalam Diskusi Kebangsaan secara daring bertema New Normal dan Nilai-Nilai Pancasila yang diselenggarakan oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS), Selasa 2 Juni 2020.

Selanjutnya dikatakan, yang juga sangat penting dalam permasalahan pencegahan virus Corona adalah melawan perpecahan masyarakat Indonesia.

“Pemerintah tampaknya belum mendapat support dari orang-orang yang ingin agar perang melawan Corona tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa pernyataan hiperbolis dari beberapa tokoh atau tema-tema seminar yang memojokkan pemerintah dalam penanganan Covid-19 justru akan semakin memperkeruh suasana” tegasnya .

Diharapkannya, pada masa seperti ini, para tokoh masyarakat, tokoh agama yang memiliki kemampuan untuk menuntun grass root seharusnya bersatu padu mengedukasi masyarakat, memberikan support membantu pemerintah untuk bersama-sama berjuang menangani pandemi.

Sementara itu, Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si. Ekonom dari FEB UNS berpendapat bahwa langkah new normal yang akan ditempuh oleh pemerintah adalah pilihan yang paling rasional bagi kita untuk menghadapi situasi sekarang ini. Prediksinya, new normal akan ada di kuartal ke-4 tahun ini. Hal ini dikarenakan, meskipun sedikit melandai, namun rantai supply dan demand di dalam perekonomian Indonesia masih belum pulih dan masih sangat negatif, apalagi vaksin belum ditemukan.

Menurut pengamatannya, kelompok masyarakat terbagi menjadi dua yaitu masyarakat yang institusional dan non institusional. Kelompok masyarakat institutional adalah kelompok yang terinstitusi, melembaga. Sedangkan kelompok non institutional adalah masyarakat luas yang banyak dari mereka sangat taat dengan tokoh masyarakat atau tokoh agamanya.

Terkait perilaku masyarakat dalam pandemi ini, di tataran grass root, Bambang melihat belum ada upaya keras dari tokoh-tokoh masyarakat ataupun tokoh agama untuk mensupport pemerintah. Belum tampak upaya gencar untuk menyuarakan dan mengedukasi kepada masyarakat bagaimana menghadapi Covid ini dengan akal sehat dan dengan kesadaran penuh. Sehingga masih banyak masyarakat yang masih mengabaikan protokol kesehatan yang telah digaungkan oleh pemerintah.

“Problem yang kita hadapi sekarang ini adalah orang yang kesadarannya setengah-setengah dan tidak menggunakan akal sehat dalam perilakunya sehingga sangat mengabaikan anjuran pemerintah untuk taat pada protokol kesehatan. Mereka berkerumun tanpa menjaga jarak, tanpa masker. Bahkan ketika bantuan pemerintah datang, langsung menyerbu mall. Mereka tidak hanya membahayakan diri sendiri namun juga orang lain disekitarnya” terangnya.

Di masa pandemi dan jelang new normal, tokoh-tokoh masyarakat dan agama memiliki peran besar untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai pancasila yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa pada masyarakat sekitar, terutama sikap tenggang rasa dan “tepa sarira”. (Humas)

Editor: Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si.