29 Mar 2024

Entrepreneurship Cukup Power Full di Dunia Akademik dan Aktifitas di Luar Akademik

Prodi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS)  mengadakan kegiatan Technical Assistance Program Kampus Merdeka-Kewirausahaan: Social Entrepreneurship, Selasa 3 Agustus 2021.  Kegiatan yang dihadiri oleh dosen dan juga mahasiswa dari berbagai prodi itu menghadirkan Melia Famiola, STP, MT, Ph.D,  Dosen School of Business and Management ITB.

Di awal presentasinya, Melia, Ph.D mengenalkan lebih detil tentang social entrepreneur dan banyak bercerita tentang pengalaman orang-orang yang menggelutinya. Menurutnya, isu social entrepreneur lahir dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh beberapa orang. Semua orang yang melakukan social entrepreneur pastilah orang cerdas karena tidak mudah bagi mereka untuk melihat celah dari kegiatan sosialnya untuk menghasilkan sesuatu perubahan bagi orang lain dan ada perputaran ekonomi.

“Inilah alasannya, hari ini  entrepreneurship menjadi cukup memiliki kekuatan yang penuh dalam dunia akademik juga aktifitas di luar, bahkan bisnis-bisnis yang berjalan sudah sekian lama kemudian  di direct untuk bisa mengambil apa isu kontribusi mereka terhadap SDGs, apakah dalam hal mengurangi kemiskinan, mengurangi kelaparan, mengatasi kesehatan, mengatasi masalah lingkungan  dan berbagai masalah di sekitar kita.” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, elemen penting dari social entrepreneur menurut portales ada empat hal.  Dalam social entrepreneur, harus ada social mission kemudian dibalut dengan systemic change. Agar social mission menciptakan systemic change harus digali dengan aktifitas sosial dan aktifitas ekonomi. Tujuan akhirnya adalah bagaimana menciptakan sebuah impact, sesuatu yang positif.

Sedangkan atribut social entrepreneur meliputi social motivation, economic  intelligence, courage serta quick and alternative thinking.

Seorang social entrepreneur adalah orang yang memiliki misi sosial, punya empati, punya interest sosial tertentu. Impact tidak akan terjadi hanya melakukan charity atau kegiatan amal, namun harus melakukan change, bagaimana orang hingga bisa berubah ke arah positif sesuai dengan diharapkannya.

Selain itu, yang dimiliki social entrepreneur adalah economic intelligence yakni kemampuan melihat peluang bisnisnya.

Dua karakter lain yang dimiliki social entrepreneur adalah courage, orang yang berani mengambil keputusan yang sulit. Keberanian seorang social entrepreneur bahkan harus melebihi  orang yang melakukan bisnis tertentu saja karena terkadang  nilai sosial yang diangkat itu menurut kita tidak ada nilai ekonominya, lebih banyak charitynya, tapi seorang  social entrepreneur harus berani mengambil itu dan harus kreatif mencari strategi ekonominya, punya nyali yang lebih kuat dari seorang entrepreneur biasa.

Sedangkan atribut quick and alternative thinking, ketika kita berhadapan dengan komunitas, berhadapan dengan banyak perilaku orang, kita harus beradaptasi mencari strategi bagaimana bisa melakukan  perubahan.

Sementara itu, Melia, Ph.D menyampaikan ada tiga hal yang diperlukan dalam hal pengembangan kompetensi kampus merdeka kewirausahaan berbasis social entrepreneur yakni perubahan mindset, ekosistem pendidikan sebagai institusi pengembangan kewirausahaan dan peran baru kampus sebagai ope.

Selanjutnya, ekosistem pendidikan kewirausahaan dibangun dengan tiga peran yaitu stimulation, supporting dan sustainability. Stimulation meliputi pendidikan kewirausahaan, pelatihan motivasi, bantuan dan bimbingan dalam memilih produk dan menyiapkan laporan proyek, pengembangan produk dan proses, membuat forum wirausaha dan pengakuan keterampilam.

Supporting berupa bantuan pendanaan, penyediaan tempat berkeja (working space), bimbingan,  mendapatkan bantuan hukum, dan menyediakan fasilitas umum lainnya. Sedangkan untuk sustainability berupa bantuan modernisasi, pembiayaan tambahan untuk pemanfaatan kapasitas, pemesanan produk, pengujian kualitas dan peningkatan layanan serta fasilitas umum berbasis kebutuhan. (Humas FEB)