Solo Great Sale dalam Pandangan Pengamat Ekonomi
Solo Great Sale (SGS) 2020 , hajatan besar yang digelar selama sebulan penuh di bulan Februari oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo dinilai sangat penting untuk mem-boosting perekonomian Kota Surakarta agar mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Pernyataan itu disampaikan Drs. Bambang Irawan , SE ,M.Si, Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) saat Bincang Pagi di RRI Surakarta, Kamis 6 Febuari 2020. Bincang Pagi itu bertajuk “Solo Great Sale Mampu Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi? “
Menurut Bambang Irawan, M.Si, dari sudut pandang tourism economics , event-event seperti SGS ini ditujukan untuk meremajakan pasar. Kenapa perlu diremajakan? karena memang dalam satu tahun masa bisnis, periode Januari sampai dengan Desember selalu berfluktuasi. Dalam konteks kepariwisataan selalu ada low season dan high season.
“Dari sisi kepariwisataan diharapkan SGS bisa mengatasi fenomena siklikal dalam pariwisata, paling tidak ketika low season masih ada segmen pasar yang bisa dikais oleh sektor pariwisata di Solo” paparnya
SGS perlu fokus ke marketnya, misalnya ke generasi milineal seperti apa agar lebih bisa mendorong mereka untuk mengunjungi pasar tradisional. Karena selama ini, generasi milineal sangat ingin berbelanja ke mall-mall.
Kegiatan ini akan sangat banyak manfaat juga apabila lebih diperluas lagi, se Solo Raya yang akan mendatangkan akan lebih banyak tenant.
Sementara itu, Bhimo Rizky Samudro, S.E., M.Si,. Ph.D. pengamat ekonomi yang juga dari FEB UNS saat diwawancarai melalui telepon di hari yang sama mengatakan, SGS tidak bisa serta merta instan untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“SGS hanya digelar sekali dalam setahun, sifatnya insidental, boomingnya hanya sekali. Akan sangat efektif jika dibuat lebih rutin, misalnya dalam jangka waktu 3 bulan” jelasnya
Dr. Bhimo melihat dengan adanya SGS memacu masyarakat untuk berinisiatif dan berkreatifitas sehingga potensi lokal di Solo tidak perlu keluar tapi diberikan wahana untuk bisa memacu kegiatan ekonomi.
Dengan kegiatan ini pula, memberikan semacam alternatif pilihan antara penjualan online dan penjualan konvensional. Memberikan alternatif menarik bahwa masih ada wahana yang memungkinkan penjualan secara konvensional yang dikemas dengan hal yang menarik.
Dr. Bhimo berharap agar kegiatan ini terus dikembangkan dengan melibatkan banyak pihak. Banyak usaha- usaha kecil yang belum tercatat dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan belum terlibat . Selama ini yang tercatat adalah yang formal. Padahal pedagang-pedagang yang informal sebenarnya sangat potensial .
Editor:
Drs. Bambang Irawan , SE ,M.Si